LAPORAN
PERSONALITY DEVELOPMENT
INTERAKSI SOSIAL DALAM HUBUNGAN
ANTAR MANUSIA
NAMA ANGGOTA KELOMPOK :
1.
(04.12.3140)
Rifka Hestia
2.
(04.12.3141)
Rizky Marisa Biloro
3.
(04.12.3142)
Sivta Rizky Trisnaningsih
4.
(04.12.3143)
Suciati
5.
(04.12.3144)
Tuti Adani
6.
(04.12.3145)
Yudi Cahyono
7.
(04.12.3146)
Yusnita Febrikayanti
8.
(04.12.3147)
Zainatul Wafiroh
KONSENTRASI INTENSIVE CARE UNIT
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial
sekaligus makhluk individual. Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki motif
untuk mengadakan hubungan dalam hidup bersama dengan orang lain, yang disebut dorongan sosial. Dalam hidup bersama itu
terjadi hubungan antarmanusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya,
sedangkan untuk mencapai keinginan itu perlu diwujudkan dalam bentuk tindakan
melalui hubungan timbal balik. Hubungan ini yang disebut interaksi sosial. Interaksi
sosial dapat disebut juga proses sosial, dan
merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.
Interaksi
sosial akan berlangsung apabila seorang individu melakukan tindakan dan dari
tindakan tersebut menimbulkan reaksi individu yang lain. Interaksi sosial
terjadi jika dua orang atau lebih saling berhadapan, bekerja sama, berbicara,
berjabat tangan atau bahkan terjadi persaingan dan pertikaian.
Suatu
tindakan disebut interaksi sosial apabila individu melakukan tindakan sehingga
menimbulkan reaksi dari individu lain. Interaksi sosial merupakan hubungan yang
tertata dalam bentuk tindakan tindakan yang berdasarkan nilai nilai atau
norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Bila hubungan berdasarkan
nilai atau norma, interaksi sosial tersebut akan berjalan lancar dan sebalikya.
Interaksi sosial
merupakan salah satu bentuk hubungan antara individu dan lingkungannya,
terutama lingkungan psikisnya. Hubungan indivudu dengan lingkungan, umumnya
dalam rangka penyesuaian diri. Berlangsungnya hubungan individu yang satu
dengan yang lain adalah untuk menyesuaikan diri secara timbal balik.
B.
Masalah yang akan dibahas
Dalam makalah ini akan membahas
mengenai :
1.
Pengertian
interaksi sosial.
2.
Syarat-syarat
terjadinya interaksi sosial.
3.
ciri ciri
interaksi sosial
4.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi interaksi sosial
5.
Pola-pola
interaksi sosial
6.
Bentuk-bentuk
interaksi sosial.
C.
Tujuan
Makalah ini
dibuat dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah personality development
dan sebagai bahan bacaan untuk memperluas ilmu pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian interaksi sosial
Maryati dan Suryawati (2003)
Interaksi sosial adalah kontak atau
hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar
kelompok atau antar individu dan kelompok
Murdiyatmoko dan Handayani (2004)
Interaksi sosial adalah hubungan
antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang
menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur
sosial.
Young dan Raymond W. Mack
Interaksi Sosial adalah
hubungan-hubungan sosial yang dinamis dan menyangkut hubungan-hubungan antar
individu, baik antara individu dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan
kelompok.
M. sitorus
(1999)
Interaksi sosial adalah hubungan-
hubungan dinamis yang menyangkut antara individu dan individu dan kelompok, dan
kelompok dengan kelompok dengan bentuk kerja sama, serta persaingan atau
pertikaian.
Bimo Walgito
(2001)
Interaksi sosial adalah hubungan
antara individu satu dan individu lain, individu satu dapat mempenggaruhi
individu lainatau sebaliknya, jadi terdapat hubungan yang saling timbal balik.
Singgih G.
Gunarsa (1989)
Interaksi sosial adalah suatu
hubungan antara dua atau lebih individu, diman kelakuan individu yang satu
mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.
Dari pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah interaksi sosial adalah suatu
hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu
dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun atar individu dan
kelompok.
B.
Syarat
syarat terjadinya interaksi sosial
Interaksi sosial merupakan hubungan
sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok
maupun antara individu dengan kelompok. Dua Syarat terjadinya interaksi sosial
:
a. Adanya kontak sosial (social
contact)
Kontak sosial dapat berlangsung
dalam tiga bentuk, yaitu antar individu, antar individu dengan kelompok, antar
kelompok. Selain itu, suatu kontak dapat pula bersifat langsung (face to
face) maupun tidak langsung atau sekunder. Yakni kontak sosial yang
dilakukan melaui perantara, seperti melalui telepon, orang lain, surat kabar,
dan lain-lain. Kontak sosial yang bersifat positif mengarah pada suatu kerja
sama, sedangkan yang bersifat negatif mengarah pada suatu pertentangan atau
bahkan sama seali tidak menghasilkan suatu interaksi sosial.
b. Adanya Komunikasi Sosial
yaitu seseorang memberi arti pada
perilaku orang lain, perasaan-perassaan apa yang ingin disampaikan orang
tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan
yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Dengan adanya komunikasi tersebut,
sikap-sikap dan perasaan suatu kelompok manusia atau perseorangan dapat
diketahui oleh kelompok lain atau orang lainnya. Hal itu kemudian merupakan
bahan untuk menentukan reaksi apa yang dilakukannya.
Interaksi sosial memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Pelaku lebih dari satu orang
2) Adanya komunikasi di antara pelaku
3) Adanya tujuan mungkin sama atau
tidak sama antar pelaku
4) Adanya dimensi waktu
C.
Ciri –ciri interaksi sosial
Menurut
Tim Sosiologi (2002), ada empat ciri - ciri interaksi sosial, antara lain (p.
23) :
a. Jumlah pelakunya lebih dari satu orang
b. Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial
c. Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas
d. Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu
a. Jumlah pelakunya lebih dari satu orang
b. Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial
c. Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas
d. Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu
D.
Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial
Berlangsungnya suatu proses
interaksi didasarkan pada berbagai faktor yang ada diluar individu, seperti
faktor imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Faktor-faktor tersebut
dapat bergerak sendiri-sendiri secara terpisah maupun dalam keadaan tergabung.
Empat faktor yang menjadi dasar proses interaksi sosial adalah sebagai berikut
:
a. Imitasi
Berarti meniru perilaku dan tindakan
orang lain. Imitasi memiliki segi positif dan negatif, dikatakan positif
apabila suatu individu meniru perilaku individu lain yang baik sesuai nilai dan
norma masyarakat. Namun dikatakan negatif apabila suatu individu meniru
perilaku individu lain yang tidak baik atau menyimpang dari nilai dan norma
yang berlaku di masyarakat.
b. Sugesti
Sugesti merupakan suatu proses
dimana seorang individu menerima suatu cara pandangan tingkah laku dari
orang lain tanpa kritik terlebih dahulu. Akibatnya, pihak yang dipengaruhi akan
tergerak mengikuti pandangan itu dan menerimanya secara sadar atau tidak sadar
tanpa berpikir panjang.
Sugesti biasanya dilakukan dari
orang-orang yang berwibawa dan memiliki pengaruh besar di lingkungan sosialnya.
Akan tetapi, sugesti dapat pula berasal dari kelompok besar (mayoritas)
terhadap kelompok kecil (minoritas), ataupun orang dewasa terhadap anak-anak.
Cepat atau lambatnya proses sugesti ini sangat tergantung pada usia,
kepribadian, kemampuan intelektual, dan keadaan fisik seseorang.
Sugesti dapat dibedakan atas tiga
jenis, yaitu:
1) Sugesti kerumunan (crowd suggestion)
adalah
penerimaan yang tidak didasarkan pada penalaran, melainkan karena keanggotaan
atau kerumunan.
2) Sugesti negatif (negative
suggestion)
ditujukan
untuk menghasilkan tekanan- tekanan atau pembatasan tertentu.
3) Sugesti negatif (negative
suggestion)
adalah
sugesti yang muncul sebagai akibat adanya prestise orang lain.
c. Identifikasi
Identifikasi
sebenarnya merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk
menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi merupakan bentuk lebih lanjut dari
proses imitasi dan proses sugesti yang pengaruhnya telah amat kuat. Orang lain
yang menjadi sasaran identifikasi dinamakan idola.
Sikap,
prilaku, keyakinan, dan pola hidup yang menjadi idola akan melembaga bahkan
menjiwai para pelaku identifikasi, sehingga sangat berpengaruh terhadap
pembentukan dan perkembangan kepribadiannya.
d. Simpati
Merupakan
suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam proses
ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada
simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama
dengannya.
E.
Pola- pola interaksi
Interaksi sosial merupakan suatu
proses yang dapat memberikan pola interaksinya. Pola interkasi sosial merupakan
bentuk jalinan interaksi yang terjadi antara individu dengan individu, individu
dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok yang bersifat dinamis dan
mempunyai pola tertentu. Pola interaksi sosial memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
1) Didasarkan atas kedudukan sosial (status) dan
peranannya.
2) Merupakan suatu kegiatan yang terus berlanjut dan
berakhir pada suatu titik yang merupakan hasil dari kegiatan tadi.
3) Mengandung dinamika. Artinya dalam proses interaksi
sosial terdapat berbagai keadaan nilai sosial yang diproses, baik yang mengarah
pada kesempurnaan maupun kehancuran.
4) Tidak mengenal waktu, tempat, dan keadaan tertentu.
Berarti interaksi sosial dapat teriadi kapan dan dimanapun, dan dapat berakibat
positif atau negatif terhadap kehidupan masyarakat.
Dari pola-pola tersebut, berdasarkan bentuknya,
interaksi sosial dapat diklasifikasikan
menjadi tiga pola, yaitu:
1) Pola interaksi individu dengan indiuidu
Dalam mekanismenya, interaksi ini dipengaruhi oleh
pikiran dan perasaan yang mengakibatkan munculnya beberapa fenomena,
seperti: jarak sosial, perasaan simpati dan antipati, intensitas dan frekuensi
interaksi.
2) Pola ini merupakan bentuk hubungan antara individu
dengan individu sebagai anggota suatu kelompok yang menggambarkan mekanisme
kegiatan kelompoknya. Dimana setiap perilaku didasari kepentingan kelompok,
diatur dengan tatacara yang ditentukan kelompoknya, dan segala akibat dari
hubungan merupakan tanggung jawab bersama.
3) Pola interaksi kelompok dengan kelompok
Hubungan ini mempunyai ciri-ciri khusus berdasarkan
pola yang tampak. Pola interaksi antar kelompok dapat terjadi karena aspek etnis,
ras, dan agama, termasuk juga di dalamnya perbedaan jenis kelamin dan usia,
institusi, partai, organisasi, dan lainnya.
F.
Bentuk- bentuk interaksi
Gillin dan gillin menggolongkan proses sosial yang
muncul akibat dari adanya interaksi sosial menjadi dua jenis, yakni proses yang
mengarah pada terwujudnya persatuan dan integrasi sosial (asosiatif) dan proses
oposisi yang berarti cara berjuang untuk melawan seseorang atau kelompok untuk
mencapai tujuan tertentu (disosiatif).
A. Asosiaatif
Asosiatif merupakan bentuk interaksi yang akan
mendorong terciptanya pola keteraturan sosial. Berikut adalah bentuk-bentuk
dari asosiatif :
a) Kerja Sama (cooperation)
Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau
kelompok manusia untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama. Bentuk
kerja sama tersebut berkembang apabila orang dapat digerakan untuk mencapai
suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan tersebut di kemudian
hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus ada iklim yang menyenangkan dalam
pembagian kerja serta balas jasa yang akan diterima. Dalam perkembangan
selanjutnya, keahlian-keahlian tertentu diperlukan bagi mereka yang bekerja
sama supaya rencana kerja samanya dapat terlaksana dengan baik. Kerja sama
timbul karena orientasi orang-perorangan terhadap kelompoknya (yaitu
in-group-nya) dan kelompok lainya (yang merupakan out-group-nya). Kerja sama
akan bertambah kuat jika ada hal-hal yang menyinggung anggota/perorangan
lainnya.
Bentuk kerja sama dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Berdasarkan sifatnya
a.
Kerja sama
langsung (directed cooperation), yaitu kerjasama sebagai hasil dari perintah
atasan kepada bawahan atau penguasa terhadap rakyatnya.
b.
Kerja sama
spontan (spontaneus cooperation), yaitu kerjasama yang terjadi secara serta-merta.
c.
Kerja sama kontrak (contractual cooperation), yaitu kerjasama atas dasar
syarat-syarat atau ketetapan tenentu, yang disepakati bersama.
d.
Kerja sama
tradisional (traditional cooperation), yaitu kerjasama sebagian atau
unsur-unsur tertentu dari sistem sosial.
2. Berdasarkan pelaksanaannya
a. Kerukunan atau gotong royong
b. bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian
mengenai pertukaran barang atau jasa antara dua organisasi atau lebih.
c. Kooptasi, yaitu proses penerimaan
unsur-unsur baru dalam kepemimpinan dan pelaksanaan politik organisasi sebagai
satu-satunya cara untuk menghindari konflik yang bisa mengguncang organisasi.
d. Koalisi, yaitu kerja sama antara dua
organisasi atau lebih yang keduanya mempunyai tujuan yang sama. Tetapi, pada
koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil karena mereka memiliki
strukturya masing-masing.
e. Joint-venture, yaitu kerja sama
dalam pengusahaan proyek tertentu.
b) Akomodasi
Akomodasi (accomodation) dalam
sosiologi memiliki dua pengertian, yaitu menggambarkan suatu keadaan dan
proses. Akomodasi yang menggambarkan suatu keadaan berarti adanya keseimbangan
interaksi sosial yang berkaitan dengan norma dan nilai sosial yang berlaku
dalam masyarakat. Sedangkan akomodasi sebagai suatu proses menunjuk pada
usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha
manusia untuk mencapai kestabilan.
Menurut Gillin dan Gillin, akomodasi
adalah suatu perngertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan
suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan adaptasi
dalam biologi. Maksudnya, sebagai suatu proses dimana orang atau kelompok
manusia yang mulanya saling bertentangan, mengadakan penyesuaian diri untuk
mengatasi ketegangan-ketegangan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan
pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan
kepribadiannya.
Akomodasi mempunyai beberapa bentuk, yaitu sebagai
berikut:
1. Koersi (coercion), yaitu bentuk
akomodasi yang terjadi melalui pemaksaan kehendak pihak tertentu terhadap pihak
lain yang lebih lemah. Berarti, terjadi penguasaan (dominasi) suatu kelompok
atas pada kelompok yang lemah.
2. Kompromi (compromise), yaitu bentuk
akomodasi ketika pihak-pihak yang terlibat perselisihan saling mengurangi
tuntutan agat tercapai suatu penyelesaian. Sikap dasar untuk melaksanakan
kompromi adalah semua pihak bersedia untuk merasakan dan memahami keadaan pihak
lainnya.
3. Arbitrasi (arbitration), yaitu
bentuk akomodasi apabila pihak-pihak yang berselisih tidak sanggup mencapai
kompromi sendiri, sehingga dilakukan melalui pihak ketiga. Pihak ketiga di sini
dapat ditunjuk oleh dua belah pihak atau oleh suatu badan yang dianggap
berwenang.
4. Mediasi (mediation), yaitu suatu
bentuk akomodasi yang hampir sama dengan arbitrasi. Namun, pihak ketiga yang
bertindak sebagai penengah bersikap netral dan tidak mempunyai wewenang untuk
memberi keputusan-keputusan penyelesaian perselisihan antara kedua belah pihak.
5. Konsiliasi (conciliation), yaitu
bentuk akomodasi untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang
bertikai untuk tercapainya kesepakatan bersama. Konsiliasi bersifat lebih lunak
dan membuka kesempatan kepada pihak-pihak yang bertikai untuk mengadakan
asimilasi
6. Toleransi (toleration), yaitu bentuk
akomodasi yang terjadi tanpa persetujuan yang resmi. Kadang-kadang toleransi
terjadi secara tidak sadar dan tanpa direncanakan karena adanya
keinginan-keinginan untuk sedapat mungkin menghindarkan diri dari perselisihan
yang saling menrugikan kedua belah pihak.
7. Stalemate, yaitu bentuk akomodasi
ketika kelompok yang bertikai mempunyai kekuatan yang seimbang. Lalu keduanya
sadar bahwa tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur, sehingga per-tentangan
atau ketegangan antara keduanya akan berhenti dengan sendirinya
8. Ajudikasi (adjudication), yaitu
penyelesain masalah atau sengketa melalui pengadilan atau jalur hukum
9. Displacement, yaitu bentuk akomodasi
yang merupakan untuk mengakhiri suatu pertentangan dengan cara mengalihkan
perhatian pada objek bersama.
10. Konversi, yaitu bentuk akomodasi
dalam menyelesaikan konflik dimana salah satu pihak bersedia mengalah dan mau
menerima pendirian pihak lain.
Dari bentuk-bentuk akomodasi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa akomodasi memiliki fungsi dan tujuan sebagai berikut :
1) Mencegah timbulnya pertentangan untuk sementara waktu.
2) Mengurangi pertentangan yang telah terjadi akibat
adanya perbedaan faham.
3) Menghindarkan persaingan yang dapat merugikan salah
satu pihak.
4) Mengkoordinasikan pihak—pihak yang berbeda pendapat
agar tidak mengarah pada pertentangan.
5) Memungkinkan terjadinya kerja sama antar kelempok
sosial.
6) Mengusahakan peleburan antara kelempok-kelompok sosial
yang terpisah.
7) Memberikan gambaran atau pedoman agar perencanaan
perubahan sosial disesuaikan dengan situasi dan kcndisi masyarakat.
8) Menghasilkan sintesis atau titik temu antara yang
berbeda pendapat agar menghasilkan suatu pola baru yang disepakati bersama.
c) Asimilasi
Asimilasi (assimilation) berarti proses penyesuaian
sifat-sifat asli yang dimiliki dengan
Sifat-sifat lingkungan sekitar. Gillin dan Gillin
menjelaskan bahwa suatu proses sosial
dikategorikan pada asimilasi apabila mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut.
1) Berkurangnya perbedaan karena adanya usaha-usaha untuk
mengurangi dan menghilangkan perbedaan antara orang atau kelompok.
2) Mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan
dengan memperhatikan kepentingan serta tujuan bersama.
3) Setiap orang sebagai kelompok melakukan interaksi
secara langsung dan intensif secara terus-menerus.
4) Setiap individu melakukan identifikasi diri dengan
kepentingan bersama. Artinya, menyesuaikan kemauannya dengan kemauan kelompok.
Demikian pula antara kelompok yang satu dengan kelompok lain, sehingga
perbedaan-perbedaan yang ada akan hilang atau melebur menjadi satu.
Asimilasi merupakan proses sosial tahap lanjut atau
tahap penyempurnaan. Artinya, asimilasi terjadi setelah melalui tahap kerjasama
dan akomodasi. Asimilasi dapat terbentuk apabila terdapat tiga persyaratan
berikut :
1) Terdapat sejumlah kelompok yang memiliki kebudayaan
berbeda.
2) Terjadi pergaulan antar individu atau kelompok secara
intensif dalam waktu yang relatif lama.
3) Kebudayaan masing-masing kelompok tersebut saling
berubah dan menyesuaikan diri.
Selain persyaratan di atas, proses asimilasi akan
berjalan lancar apabila ditunjang oleh faktor-faktor berikut :
1. Sikap toleransi
2. Kesempatan yang sama dalam bidang
ekonomi
3. Sikap menghormati dan menghargai
orang asing dan kebudayaannya
4. Sikap terbuka dari golongan yang
berkuasa dalam masyarakat
5. Persamaan dalam unsur—unsur
kebudayaan universal
6. Perkawinan campuran antara kelompok
yang berbeda budaya
7. Adanya musuh bersama dari luar
Sebaliknya, adapula faktor-faktor yang menjadi
penghambat terjadinya asimilasi adalah sebagai berikut :
1) Terisolasinya kehidupan suatu kelompok tertentu dalam
masyarakat, atau sikap menutup diri (isolasi).
2) Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan yang
dihadapi.
3) Adanya prasangka negatif atau adanya perasaan takut
terhadap pengaruh kebudayaan baru yang dihadapi.
4) Adanya perasaan bahwa kebudayaan kelompok tertentu lebih
tinggi dari pada kebudayaan kelompoknya, sehingga kelompok tersebut memisahkan
diri dan menjadikan jarak yang semakin jauh.
5) Adanya perbedaan ciri-ciri fisik, seperti tinggi
badan, warna kulit atau rambut. 6) Adanya perbedaan kepentingan dan
pertentangan-pertentangan pribadi.
7) Adanya gangguan golongan minoritas terhadap golongan
yang berkuasa. d) Akulturasi
Akulturasi (acculturation) adalah berpadunya
unsur-unsur kebudayaan yang berbeda dan membentuk suatu kebudayaan baru, tanpa
menghilangkan kepribadian kebudayaannya yang asli. Lamanya proses akulturasi
sangat tergantung pada persepsi masyarakat setempat terhadap budaya luar yang
masuk. Akulturasi bisa terjadi dalam waktu yang relatif lama apabila masuknya
melalui proses pemaksaaan. Sebaliknya, apabila masuknya melalui proses damai,
akulturasi tersebut akan relatif lebih cepat. Contoh: Candi Borobudur
merupakan perpaduan kebudayaan India dengan kebudayaan Indonesia; musik
Melayu bertemu dengan musik Spanyol menghasilkan musik keroncong.
B. Disosiatif
Walaupun proses sosial ini kurang mendorong
terciptanya keteraturan sosial. Bahkan cenderung ke arah oposisi yang berarti
cara yang bententangan dengan seseorang ataupun kelompok untuk mencapai tujuan
tertentu. Walau demikian, ada juga manfaatnya demi tercipta suatu keteraturan
sosial. Proses disosiatif dapat dibedakan ke dalam tiga bentuk sebagai berikut
:
1) Persaingan
Persaingan (Competition) merupakan suatu proses sosial
ketika berbagai pihak saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan
tertentu. Persaingan terjadi apabila beberapa pihak menginginkan sesuatu yang
jumlahnya sangat terbatas atau sesuatu yang menjadi pusat perhatian umum. Hasil
dari suatu persaingan akan diterima dengan kepala dingin oleh berbagai pihak
yang bersaing, tanpa ada rasa dendam. Karena sejak awal, masing—masing pihak
telah menyadari akan ada yang menang dan kalah. Karena itu, persaingan sangat
baik bagi Anda untuk meningkatkan prestasi, misalnya untuk menjadi juara kelas.
Persaingan memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :
a. Menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang
sama-sama menuntut dipenuhi, padahal sulit dipenuhi semuanya secara serentak.
b. Menyalurkan kepentingan serta nilai-nilai dalam
masyarakat, terutama yang menimbulkan konflik.
c. Menyeleksi individu yang pantas memperoleh status dan
peran yang sesuai dengan kemampuannya.
2) Kontravensi
Kontravensi (contravension) merupakan proses sosial
yang ditandai adanya ketidakpuasan, ketidakpastian, keraguan, penolakan, dan
penyangkalan terhadap kepribadian seseorang atau kelompok yang tidak
diungkapkan secara terbuka. Kontravcnsi adalah sikap menentang secara
tersembunyi, agar tidak sampai terjadi perselisihan secara terbuka. Penyebab
kontravensi antara lain perbedaan pendirian antara kalangan tertentu dengan
kalangan lain dalam masyarakat, atau bisa juga dengan pendirian masyarakat.
Perang dingin merupakan kontravensi karena tujuannya membuat lawan tidak tenang
atau resah. Dalam hal ini, lawan tidak diserang secara fisik, melainkan secara
psikologis. Melawan
secara psikologis merupakan hal yang tersembunyi
(tidak terbuka).
Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker, terdapat
lima bentuk kontravensi sebagai berikut :
a. Kontravensi umum, contoh: penolakan, perlawanan,
protes, gangguan, mengancam pihak lawan.
b. Kontravensi sederhana, contoh: menyangkal pernyataan
orang di depan umum, memaki melalui Surat selebaran, atau mencerca.
c. Kontravensi intensif, contoh: penghasutan, penyebaran
desas-desus, memfitnah.
d. Kontravensi rahasia, contoh: pembocoran rahasia,
khianat, subversi.
e. Kontravensi taktis, contoh: mengejutkan pihak lawan,
provokasi, dan intimidasi.
3) Pertikaian
Pertikaian merupakan proses sosial bentuk lanjut dari
kontravensi. Sebab, perselisihan sudah bersifat terbuka. Pertikaian terjadi
karena semakin tajamnya perbedaan antara kalangan tertentu dalam masyarakat.
Semakin tajam perbedaan mengakibatkan amarah dan rasa benci yang mendorong
tindakan untuk melukai, menghancurkan atau menyerang pihak lain. Pertikaian
jelas sekali mengarah pada disintegrasi antar individu maupun kelompok.
4) Konflik
Pertentangan atau konflik (conflict) adalah suatu
perjuangan individu atau kelompok sosial untuk memenuhi tujuannya dengan jalan
menentang pihak lawan yang disertai ancaman dan kekerasan. Pengertian konflik
yang paling sederhana adalah saling memukul (configere). Namun, konflik tidak
hanya berwujud pertentangan fisik semata. Dalam definisi yang lebih luas,
konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua pihak atau lebih, di
mana pihak yang satu berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan
atau membuatnya tidak berdaya.
Sebagai proses sosial, konflik dilatarbelakangi oleh
perbedaan yang sulit didamaikan. Perbedaan tersebut antara lain menyangkut ciri
fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, dan keyakinan. Konflik merupakan
situasi wajar dalam setiap masyarakat. Bahkan, tidak ada satu masyarakat pun
yang tidak pernah mengalami konflik, entah dalam cakupan kecil ataupun besar.
Konflik dalam cakupan kecil misalnya konflik dalam keluarga, sedangkan konflik
dalam cakupan besar misalnya konflik antargolongan atau antarkampung.
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya konflik
adalah sebagai berikut :
a. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian
dan perasaan.
b. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk
pribadi-pribadi yang berbeda pula.
c. Perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok,
diantaranya menyangkut bidang ekonomi, politik, dan sosial.
d. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak
dalam masyarakat.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Interaksi sosial adalah
hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara
orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang
perorangan dengan kelompok manusia.
Syarat-syarat terjadinya interaksi
soisial adalah dengan adanya kontak sosial dan komunikasi.
Bentuk-bentuk interaksi sosial
meliputi proses asosiatif (kerja sama, akomodasi, dan asimilasi) dan disosiatif
(persaingan, kontravensi, dan pertentangan).
DAFTAR
PUSTAKA
http://santosa-innovation.blogspot.com/2011/11/lomba-cipta-cerpen.html#ixzz29nkbEzqN tanggal 20-10-2012, 09.20
http://santosa-innovation.blogspot.com/2011/11/lomba-cipta-cerpen.html#ixzz29nkbEzqN tanggal 20-10-2012, 09.20
http://sosbud.kompasiana.com/2011/10/22/makalah-masyarakat-interaksi-dan-perubahan-sosial/ 20-10-2012,
10.00
http://www.anneahira.com/interaksi-sosial-adalah.htm 20-10-2012,
10.55
kita juga punya nih artikel mengenai 'Interaksi Sosial', silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
BalasHapushttp://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/1393/1/11207518.pdf
trimakasih
semoga bermanfaat